Social Enterpreneur
Menurut Yayasan Schwab (2008),
sebuah yayasan yang bergerak untuk mendorong
aktivitas social entrepreneurship menyatakan
bahwa : para social entrepreneur menciptakan dan memimpin organisasi, untuk
menghasilkan laba ataupun tidak, yang ditujukan sebagai katalisator perubahan sosial dalam tataran
sistem melalui gagasan baru, produk, jasa, metodologi, dan perubahan sikap.
Definisi tersebut memberikan penjelasan bagaimana para social entrepreneur memajukan
perubahan sistemik pada lingkungan sosialnya dengan cara mengubah perilaku dan
pemahaman atau kesadaran orang-orang di sekitarnya (Borstein, 2006, 2). Eduardo
Morato, Ketua Asian Institute Management
(AIM) pada tahun 1980-an, yang memperkenalkan social entrepreneurship dengan definisinya
sebagai berikut : Wirausaha sosial merupakan orang atau lembaga inovatif yang
memajukan penciptaan dan penyelenggaraan usaha yang berhasil bagi mereka yang
membutuhkan. Wirausaha sosial berbeda dengan usaha yang lazim atau usaha niaga
dengan satu ciri utama, yakni menaruh kepedulian pada upaya membantu
kesejahteraan pihak lain daripada kesejahteraan diri sendiri. Pihak yang
dibantu oleh Wirausaha sosial ialah golongan yang kurang beruntung atau lebih
miskin di kalangan masyarakat (Morato (1994) dalam Saidi, 2005).
Karakteristik
yang dimiliki social entrepreneur (Borstein, 2006, 1-4)
1.
Orang-orang yang mempunyai visi untuk memecahkan
masalah-masalah kemasyarakatan sebagai pembaharu masyarakat dengan
gagasan-gagasan yang sangat kuat untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat.
2.
Umumnya bukan orang terkenal, misal : dokter,
pengacara, insinyur, konsultan manajemen, pekerja sosial, guru dan wartawan.
3.
Orang-orang yang memiliki daya transformatif, yakni
orang-orang dengan gagasan baru dalam menghadapi masalah besar, yang tak kenal
lelah dalam mewujudkan misinya, menyukai tantangan, punya daya tahan tinggi,
orang-orang yang sungguh-sungguh tidak mengenal kata menyerah hingga mereka
berhasil menyebarkan gagasannya sejauh mereka mampu
4.
Orang yang mampu mengubah daya kinerja masyarakat dengan
cara terus memperbaiki, memperkuat, dan memperluas cita-cita.
5.
Orang yang memajukan perubahan sistemik : bagaimana
mereka mengubah pola perilaku dan pemahaman.
6.
Pemecah masalah paling kreatif.
7.
Mampu
menjangkau jauh lebih banyak orang dengan uang atau sumber daya yang jauh lebih
sedikit, dengan keberanian mengambil resiko sehingga mereka harus sangat
inovatif dalam mengajukan pemecahan masalah.
8.
Orang-orang yang tidak bisa diam, yang ingin
memecahkan masalah-masalah yang telah gagal ditangani oleh pranata (negara dan
mekanisme pasar) yang ada.
9.
Mereka melampaui format-format lama (struktur mapan)
dan terdorong untuk menemukan bentuk-bentuk baru organisasi.
10.
Mereka lebih bebas dan independen, lebih efektif dan
memilih keterlibatan yang lebih produktif.
Emerson
(dalam Nicholls 2006, 12) juga mendefinisikan tipe dari pelaku social entrepreneurship,
yakni :
1.
Civic innovator
Inovator dari kalangan sipil
2.
Founder of a
revenue generating social enterprise
Pendiri social enterprise yang mampu meningkatkan penerimaan
3.
Launcher of
a related revenue generating activity tocreate a surplus to support social
vision
Para aktor yang melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan
penerimaan yang menciptakan surplus untuk mendukung visi sosial).
Siapa sajakah Pengusaha Sukses yang telah terbukti berhasil mempraktikan hal
ini?1. Bill Drayton
Bill
Drayton bukan hanya contoh social entrepreneur yang hebat, dia justru turut
mendefinisikan dan mempromosikan istilah “social entrepreneur” itu sendiri.
Drayton adalah pendiri dan pemimpin dari Ashoka, sebuah organisasi yang
didedikasikan untuk menemukan dan membantu social entrepreneur di seluruh
dunia. Drayton juga menyebarkan keahlian social entrepreneurship-nya di
organisasi-organisasi selain Ashoka, seperti Community Greens, Youth Venture,
dll.
Membahas wirausaha sosial maka
nama yang akan tercetus adalah Muhammad Yunus. Yunus telah menulis beberapa
buku mengenai kewirausahaan sosial, berbagi keahliannya di keuangan mikro dan
kapitalisme sosial melalui sejumlah buku. Yunus juga merupakan pendiri Grameen
Bank, institusi yang menyediakan kredit mikro kepada mereka yang membutuhkan.
Didirikan tahun 1983, Grameen Bank telah memperoleh pendapatan bersih lebih
dari USD 10 juta. Kerja samanya dengan beberapa organisasi membawanya kepada
Penghargaan Nobel pada tahun 2006.
Pendiri TOMS, Mycoskie masuk ke
dalam daftar ini karena, berbeda dengan kegiatan sosial lainnya, hampir setiap
orang yang sadar akan pop culture mengenal brand sosial ini. Mycoskie
mendirikan TOMS pada tahun 2006 setelah kunjungannya ke Argentina dimana ia
menemukan banyak anak kecil yang kakinya terluka akibat tidak memiliki sepatu.
Untuk mengatasi hal ini, ia mendirikan TOMS, bisnis yang mendonasikan sepasang
sepatu setiap pembelian sepasang sepatu TOMS. Sampai sekarang, telah
didonasikan lebih dari sejuta pasang. Pada 2011, TOMS mulai mendonasikan kaca
mata atau biaya operasi untuk setiap kaca mata yang terjual.
4.
Scott Harrison
Kurangnya akses untuk
mendapatkan air bersih adalah hal yang dihadapi jutaan orang di dunia setiap
hari. Setelah kegiatan penjernihan air di Liberia, promoter Klub Scott Harrison
memutuskan untuk menyalurkan air bersih bagi mereka yang membutuhkan sebagai
misinya. Semenjak dimulai, kegiatan ini telah menyalurkan air minum bersih
kepada lebih dari satu juta orang di 17 negara. Harrison mungkin adalah salah
satu Social Entrepreneur yang paling sukses.
Pada tahun 1988, Jeffery
Hollender mendirikan perusahaan penghasil produk pembersih, Seventh Generation.
Perusahaan ini berfokus pada produksi produk ramah lingkungan. Perusahaan ini
juga mendonasikan 10% penghasilan sebelum pajak untuk pendanaan bisnis dan
kegiatan nonprofit yang berfokus pada komunitas, lingkungan, dll.
Corporation Better World Books adalah
contoh kerja sama Social Entrepreneur yang sukses. Didirikan pada tahun 2002
oleh Xavier Helgesen, Chris Fuchs, dan Jeff Kurtzman. Misi Better World adalah
untuk memaksimalkan nilai setiap buku dan mempromosikan gerakan ‘melek huruf’
ke seluruh dunia. Better World Books ini melakukan reuse dan recycle buku-buku
melalui penjualan di website dan donasi ke sekolah-sekolah, dan sejauh ini
sudah mengumpulkan USD 21 juta untuk pendanaan gerakan melek huruf. Perusahaan
ini memberi contoh penggunaan model “triple bottom line” yang sukses, dimana
selain memperoleh keuntungan, perusahaan juga dapat berperan signifikan bagi
lingkungan dan sosial.
Salah satu pelopor keuangan
mikro yang kini sedang berkembang adalah Akhtar Hameed Khan, Pengabdian dan
keaktifannya dalam mengembangkan masyarakat desa di Pakistan menyebabkan
dirinya mendapatkan Penghargaan Nobel. Dua proyek besar semasa hidupnya adalah
Proyek Kerja Sama Comilla dan Orangi. Proyek Comilla bertujuan untuk membangun
infrastruktur di pedesaan sekaligus membantu pertumbuhan bisnis melalui ide
bisnis mikro. Meskipun proyek Comilla ini tidak begitu sukses, proyek Orangi
justru sebaliknya. Dengan membantu masyarakat dalam hal sanitasi, kesehatan,
dan rumah sekaligus menawarkan keuangan mikro, pendidikan, sertaperencanaan
keluarga. Bahkan inisiatif program darinya masih diterapkan hingga sekarang
8. Ibrahim Abouleish
Ibrahim Abouleish adalah
pencetus ide penggunaan SEKEM. Ia mengembangkan penggunaan pertanian biodinamis
ini tidak hanya untuk memperbaiki lingkungan tetapi juga untuk meningkatkan
kehidupan petani di daerah sekitar. Abouleish juga berperan dalam mengembangakn
metode bebas kimia dalam proses pembuatan kapas dan mengembangkan perusahaan
mesir pertama yang bergerak di bidang farmasi.
Ahli mikrobiologi, Willie Smits
tidak pernah bercita-cita menjadi seorang Social Entrepreneur, tetapi ketika
menemukan bayi orangutan yang terlantar pada tahun 1999 ketika sedang bekerja
di Indonesia, ia pun mengubah haluan karirnya. Pekerjaan Smits dengan orangutan
berkembang menjadi Yayasan Penyelamat Orangutan Kalimantan, yang tidak hanya
menolong kera yang terlantar, tetapi juga membantu warga lokal mempelajari
metode pertanian yang berkelanjutan dan keuntungan melakukan penghijauan
kembali. Smits juga berpartisipasi dalam Yayasan Masarang, sebuah kerjasama
kewirausahaan sosial yang menggunakan energi termal untuk mengubah gula aren
menjadi gula dan etanol, yang praktis menyediakan lapangan kerja dan sumber
tenaga bagi warga sekitar sekaligus juga menjaga hutan lokal. Sebagai
penghargaan atas jerih payahnya, Smits dianugerahi gelar kekesatriaan dari
Negara asalnya, Belanda dan juga penghargaan dari Ashoka, serta berbagai
penghargaan bebasis konservasi lainnya.
10. Bunker Roy
Aktivis
sosial dan pengusaha India, Sanjit Roy telah membantu ribuan orang di Asia dan
Afrika untuk mempelajari keterampilan teknis dan memperkenalkan tenaga surya
kepada beberapa desa di sana. Roy mendirikan the Barefoot College, sebuah
organisasi yang mengajarkan wanita buta huruf dari desa-desa terbelakang untuk
menjadi dokter, insinyur, dan arsitek. Yang mengesankan adalah setiap kampus
yang didirikannya menggunakan tenaga surya yang didesain dan dikembangkan
sendiri oleh alumni mereka. Dalam mendirikan kampus tersebut, tujuan Roy
bukanlah untuk meraih keuntungan bagi dirinya sendiri, tetapi untuk
meningkatkan ekonomi dan taraf hidup wanita di negara asalnya, India (dan
sebagian Afrika).
Bagaimana
dengan Social Entrepreneur dari Indonesia? Mereka bisa saja sama hebatnya atau
bahkan lebih hebat dari kesepuluh Social Entrepreneur di atas, hanya saja
mungkin belum terlalu dikenal masyarakat luas. Oleh karena itu, mari dukung
setiap aksi yang mereka lakukan untuk mengubah Indonesia bahkan dunia menjadi
lebih baik.
Sumber;
http:///www.danamonawards.org
http://staff.ui.ac.id/.../presentasisocialentrepreneurshiprachm
Komentar
Posting Komentar